Senin, 12 Juli 2010

Cari Anak Panti - Rumah Dhuafa

anak panti adalah anak yang malang yang setiap harinya hanya ketemu kaka pembimbing mereka sedih dikala hari raya tiba biasanya setiap orang kalau hari lebaran mereka saling bersenang senang untuk berkumpul sama ayah dan ibu tetapi anak anak panti ini hanya berkumpul bersama teman temannya saja yang mempunyai nasib sama seperti dirinya dan inilah sebuah hal yang perlu kita pelajari bersama

Agar anak yatim tumbuh normal sebagaimana layaknya anak-anak pada umumnya, hak-hak mereka harus ditunaikan, sejak mulai keyatimannya. Jika ia yatim semenjak masih dalam kandungan ibunya, maka persiapan untuk memeliharanya akan lebih baik bila dilakukan sejak dini. Saudi Arabia adalah Negara yang telah melakukan upaya ini. Sejumlah yayasan pembinaan anak yatim piatu di Arab Saudi mengembangkan program baru berupa pemeliharaan anak yatim sejak dalam kandungan ibunya. Pengembangan program baru pembinaan anak yatim itu mulai dipraktikkan di beberapa kota di negeri pusat spiritual Islam itu, seperti di kota Makkah, Madinah, dan Thaif.

‘’ Danaa awal telah dialokasikan sebanyak 300 ribu riyal (sekitar Rp 750 juta) untuk membantu para ibu hamil yang ditinggal mati oleh suami mereka,’’ jelas Syeikh Ahmad al-Shaban, Deputi Menteri Wakaf Saudi.

Yayasan-yayasan terkait di Saudi akan membiayai semua biaya persalinan dan semua kebutuhan si bayi yatim. Program tersebut merupakan salah satu upaya untuk memberikan pendidikan terbaik bagi para anak yatim sejak dari kandungan hingga mereka baligh. Program ini meliputi pemeliharaan anak yatim, sejak dalam perut ibunya. Anak-anak yatim yang ditinggal ayahnya ketika masih dalam kandungan sang ibu, akan mendapat bantuan dari yayasan-yayasan itu.

Demikianlah, kepedulian terhadap anak yatim yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara Saudi.
Sungguh, ini adalah suatu upaya kemanusiaan yang bernilai tinggi di hadapan Allah SWT. Negara-negara Islam lainnya tidak sepatutnya berdiam diri dalam menyikapi masalah tentang pengasuhan anak yatim. Mereka harus bergerak mengikuti langkah-langkah teladan dari Negara Saudi Arabia. Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, mestinya merasa malu melihat fenomena yang ada. Ribuan anak yatim di negeri ini masih hidup terlantar. Ditambah lagi, kaum mustadh’afin yang jumlahnya kian berlipat. Dari tahun ke tahun, jumlah mereka bertambah, tanpa ada upaya yang signifikan dari pemerintah untuk menanggulanginya. Hal ini tentu amat memprihatinkan.

Kalaupun kita belum mampu melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh negara Saudi, setidaknya kita mengetahui dan menunaikan hak-hak mereka setelah terlahir ke dunia, Sebagai umat Islam Indonesia, kami merasa prihatin terhadap nasib anak-anak yatim di negeri ini. Untunglah, masih ada sejumlah yayasan swasta yang turut aktif dalam memelihara anak-anak generasi bangsa ini. Dengan demikian, diharapkan hak-hak mereka dapat ditunaikan secara sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar